A s s a l a m u ' a l a y k u m . . . .

ahlan wa sahlan
mohon di koreksi bila ada yang salah
mudah2n bermanfa'at

Selasa, 20 Januari 2015

DEVINISI IMAN DAN PERBANDINGAN ISTILAH (Kafara ,Kadzaba)

DEVINISI IMAN

dari hasil pembuktian “nilai dan harga Iman” Yang telah kita uraikan waktu lalu maka terbukalah jalan untuk memberi definisi tentang Iman yang mendekati secara obyektif.
Berdasar pembuktian-pembuktian diatas maka kita tarik definisi Iman menjadi sebagai berikut :

1) Iman, secara umum, ialah pandangan dan sikap hidup dengan ajaran Allah (al-Qur’an) ms Rasul dan atau dengan ajaran-ajaran selainnya yakni ms syayathin. Dan orang yang demikian dinamakan mukmin seumumnya.

2) Iman, secara khusus, ialah pandangan dan sikap hidup dengan ajaran Allah (al-Qur’an) ms Rasul, dinamakan Iman yang haq(obyektif).

Dan orang yang demikian dinamakan mukmin yang haq artinya mukmin yang obyektif dengan al-Qur’an ms Rasul sebaliknya pandangan dan sikap hidup dengan ajaran-ajaran selain Allah (al-Qur’an) ms Rasul, yakni ms syayathin ialah Iman bathil atau kufur.

Dan orang yang demikian dinamakan mukmin bathil atau kafir.


Untuk mudahnya maka arti structural (bangunan) Iman dimaksud diatas, baik secara umum maupun secara khusus, kita tuang dalam bentuk sket segitiga sama sisi, sebagai berikut :


Sket Struktural Iman


Keterangan :

A = Allah, perancang dan pemastian kehidupan (qadiirun).


B = Kenyataan hidup nabi Muhammad Rasulullah, pola atau bentuk contoh kehidupan dari ajaran Allah (uswatun hasanah).


B1 = Al-Qur’an sebagai Imam

B2 = Kenyataan hidup mukmin yang obyektif dengan al-Quran ms Rasul yang oleh Nabi Muhammad dinyatakan “Sahabatku di Jannah”.

C = Kenyataan alam organis, biologis dan gaya yang tergantung kepada Allah.


ABC = (yang terperinci menjadi AB1C dan AB2C) = Nur ms Rasul yaitu pantulan terang dari Al-Qur’an ms Rasul (Nurun “Ala).

BE = Dzulumat dalam arti bayangan yaitu pantulan gelap yang bertolak belakang dengan pantulan terang dinamakan Nurin.

BDE = Sudut memandang dzulumat yang obyektif dari Allah ms Rasul-Nya.

BED = Sunnah Syaitahn, laknatullah wal malaikat wan naasi ajma’in (Surat Baqarah ayat 161).

BDC = Salah satu alternative, secara d’efect, menjadi aduk-adukan pandangan Nur-dzulumat (ABC-BDE), dalam bentuk kadzdzaba menjadi model ketiga, ialah idealisme.


CF = Dzulumat ialah bayangan yaitu pantulan gelap dari kenyataan alam.

CDF = Sudut memandang dzulumat secara obyektif Ilmiah dengan Al-Qur’an ms Rasul.

FDC = Salah satu lternative lain, secara reflex, dalam bentuk tawalla CDF menjadi semodel bathil.

ED dan FD = Segala daya upaya aduk-adukan Nur-dzulumat dan atau penyalah gunaan dzulumat menjadi semodel bathil (DC), dinamakan “khutuwatis syaithan = strategi dan taktik pilihan dzulumat ms syayathin.

DC = Hasil aduk-adukan Nur-dzulumat (ABC-BDE) menjadi BDC dan atau penyalahgunaan dzulumat (CDF) menjadi FDC, keduanya menjadi semodel bathil.

Untuk lebih mempertajam arti sudut BDE dan atau CDF yang ditumpang tindih diatas BDC sehingga menjadi Bathil (aduk-adukan Nur-dzulumat dan atau penyalah gunaan dzulumat ms syayathin) ialah satu Qadar atau Taqdir Syar (rancangan dan kepastian hidup jahat) atau “arbaaban min duunillaahi” maka kita petik Surat 015 al - Hijir ayat 43 dan 44 demikian :
Artinya :


43. “Maka sesungguhnya jahannam adalah benar-benar menjadi tempat kepastian mereka yang berpandangan dan bersikap dzulumat as syayathin semuanya”.

44. Ujudnya itu (jahannam) adalah sejenis bangunan bertingkat tujuh dimana masing-masing tingkatannya itu adalah bagian golongan tertentu”. 



Dan untuk mudahnya maka Qadar atau Taqdir Syar ini kita sket menjadi sebagai berikut :




Sket Taqdir Syar / Sosial Piramidal Sistem kehidupan saling gusur, saling todong, saling peras memeras, saling menghina dan memiskinkan, kehidupan buah simalakama, dsb.

PERBANDINGAN ISTILAH

Istilah Kafara – yakfuru – kafran – kufran – kufuran – kafirun 
artinya ; berpandangan dan bersikap dzulumat menurut sunnah syayathin dan berlaku negatif terhadap ajaran Allah (al-Qur’an) menurut sunnah Rasul.

Secara umum sama dengan istilah Kadzaba – yakdzibu – kadzban – kadzibun atau kadzdzaba – yukadzibu - takdziban – mukadzibun 
artinya ; secara umum juga berpandangan dan bersikap dengan dzulumat menurut sunnah syayathin,

tetapi secara khusus = mendustakan ajaran Allah (al-Qur’an) menurut sunnah Rasul dengan jalan mengaduk-aduk atau melacur ajaran Allah (al-Qur’an) menurut sunnah Rasul sehingga membentuk model ketiga (maghdub) yang beralamat dari Allah, padahal bikinannya sendiri

Sedangkan Kafara adalah kelanjutan dari kerja Kadzdzaba, yaitu memaling ajaran Allah (dzulumat) hingga menjadi penemuan/ciptaan sendiri dalam bentuk bathil.

Surat Al-Fatihah menyebut Kafara = Dhalliin. Jadi Kadzaba secara umum, berlaku sama baik untuk kafara maupun bagi kadzaba dan kadzdzaba
seperti dimaksud dalam Surat 029 Al-Ankabut 12-13 :

Artinya :

12 “Yaitu berkatalah mereka yang, atas pilihan dzulumat menurut sunnah syayathin, berlaku negatif terhadap yang hidup berpandangan dan bersikap dengan ajaran Allah (al-Qur’an) menurut sunnah Rasul-Nya : “Mari masuk organisasi (sabil) kami niscaya kelak kami akan menanggulangi setiap beban/kesulitan hidup kalian !. dan sebenarnya mereka itu bukannya mau menanggulangi / memecahkan beban / kesulitan orang lain tetapi sebenarnya mereka itu adalah pelacur (pengaduk-aduk) kesulitan hidup dimanapun”. 
13 “Yakni sebenarnya mereka, atas pilihan dz ms sy, melacurkan (memboncengi) beban / kesulitan hidupnya menjadi beban yang lain yaitu satu penambahan beban atas yang lain yang sudah demikian berat hidupnya. Maka pasti kelak mereka, dikala qiyamah sudah tiba, akan diminta pertanggungan jawab perihal apa yang adalah mereka, atas piliah dz ms sy, mengelabui siapapun”. 

Istilah Syirkun dalam arti sempit adalah aduk-adukan, sama dengan Kadzdzaba secara khusus,
Surat 042 Asy Syura ayat 13 menegaskan demikian : 

Artinya :

13 “Dia (Allah), dengan al-Qur’an ms Rasul-Nya, menata kehidupan kalian menurut satu penataan (Dinul Islam) yang Dia telah mengajarkannya menurut sunnah Muhammad SAW. Sehingga apa yang telah Kami wahyukan (al-Qur’an) menurut sunnah Rasul anda ( Muhammad SAW). “Yaitu yang Kami telah mewasiatkannya menurut sunnah Ibrahim, Musa, dan sunnah Isa : “Agar kalian membangun dien ini (Islam) menjadi penataan hidup kalian dan jangan dengan dzulumat menurut sunnah syayathin yang pecah belah”. Dari itu maka dakwah mereka yang aduk-adukan Nur-dzulumat menurut sunnah syayathin (Yahudi dan Nashara yang mendakwa kitab perjanjian lama dan perjanjian baru warisan Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Daud dan Nabi Ismail, termasuk Arab jahiliah yang mendakwa hidupnya itu adalah menurut warisan Nabi Ibrahim melalui Nabi Ismail, kenyataan semuanya sudah lain dari al-Qur’an menurut sunnah Rasul ini) adalah bual besar. Allah, dengan al-Qur’an ms Rasul-Nya, memberikan satu pilihan ( mau Nur atau dzulumat) bagi siapa yang mau menurut Nya itu. Yaitu Dia, dengan al-Qur’an menurut sunnah Rasul-Nya, memberikan pedoman hidup bagi siapa yang mau menjadi mutawakkilun menurut-Nya”. 


Istilah Walla dan Tawalla, arti leterleknya berpaling/menyeleweng. Tetapi secara umum baik yang menyalahgunakan dzulumat menurut sunnah syayathiin maupun yang mengaduk-aduk Nur - dzulumat menurut sunnah  syayathiin, keduanya sama-sama menyelewengkan dzulumat menurut sunnah syayathin.


Istilah Munaafikun dan Mudzabdzabin , artinya bermuka dua atas pilihan dzulumat menurut sunnah sy ayathiin terhadap yang Nur menurut sunnah Rasul.

Hal mana oleh Surat 04 An-Nisa ayat 137-143 dan 145 menggambarkan demikian ;


Artinya :

137. “Sebenarnya yang telah menyatakan diri hidup berpandangan dan bersikap dengan ajaran Allah menurut sunnah Rasul-Nya, selanjutnya atas pilihan dzulumat menurut sunnah syayathiin bersikap negative terhadap ajaran Allah menurut sunnah Rasul-Nya, selanjutnya dia balik lagi menyatakan hidup berpandangan dan bersikap dengan ajaran Allah ms Rasul-Nya, kemudian dia, atas pilihan dzulumat menurut sunnah syayathiin berlaku negative terhadap ajaran Allah, akhirnya makin menjadi-jadi sikap negatifnya terhadap ajaran Allah ms Rasul-Nya. Sehingga Allah, dengan ajaran-Nya (al-Qur’an menurut sunnah Rasul-Nya) tidak akan mempedomani lagi kehidupan mereka satu penataan hidup (Dinul Islam) menurut-Nya”.


138. “Maka dengan pembuktian al-Qur’an ms Rasul ini) peringatkan mereka yang atas pilihan 
dzulumat menurut sunnah syayathiin , hidup bermuka dua terhadap ajaran Allah (al-Qur’an menurut sunnah Rasul-Nya) bahwa bagi mereka yang demikian adalah satu kehidupan nista yang demikian pedih tiada tanding”.

139. “Mereka yang mengambil orang yang memilih dzulumat menurut sunnah syayathiin dan bersikap negative terhadap ajaran Allah menurut sunnah Rasul-Nya menjadi pemimpinnya selain dari kalangan yang hidup berpandangan dan bersikap dengan ajaran Allah menurut sunnah Rasul-Nya, dapatkah mereka mengharapkan satu kehidupan mulia/agung dari pangkuan mereka yang demikian itu ? maka sesungguhnya kehidupan mulia / agung itu hanyalah dengan ajaran Allah ( Al-Quran ) menurut sunnah Rasul-NYA se-bulat-bulatnya!”. 

140. “Dan sebenarnya Dia telah menurunkan atas kalian didalam kitab ini (al-Qur’an menurut sunnah Rasul-Nya), bahwa bila kalian melaksanakan garis “sami’na” ajaran Allah menurut pembuktian sunnah Rasul-Nya ada orang yang atas pilihan dzulumat menurut sunnah syayathiin, berlaku negatif terhadap yang demikian yaitu mengolok-olokkannya, maka janganlah kalian, dengan pilihan Nur (al-Qur’an) menurut sunnah Rasul ini, duduk sebangku bersama mereka yang demikian, sebaliknya akan menjerumuskan kalian kedalam ajaran selain al-Qur’an menurut sunnah Rasul-Nya, niscaya kalianpun menjadi semodel mereka. Sesungguhnya Allah, dengan pembuktian al-Qur’an menurut sunnah Rasul-Nya, adalah penghimpun orang-orang kafir dan munafiq kedalam kehidupan jahannam semuanya”.

141. “Mereka yang, atas pilihan dzulumat menurut sunnah syayathiin, mencari peluang didalam kehidupan kalian yang Nur (al-Qur’an) menurut sunnah Rasul ini. Maka jikalau adalah kalian sudah mendapat satu kemenangan hidup dengan ajaran Allah menurut sunnah Rasul-Nya niscaya mereka terus saja membual kata : “Bukankah kami ini jama’ah kalian ? Tetapi jikalaulah kemujuran hidup itu lagi ditangan orang yang, atas pilihan dzulumat menurut sunnah syayathiin bersikap negatif terhadap ajaran Allah menurut sunnah Rasul-Nya ini niscayalah mereka juga membual kata : “Bukankah kami tidak mengharapkan kekalahan atas kalian yaitu kami melindungi kalian dari (serangan) orang-orang yang hidup berpandangan dan bersikap dengan ajaran Allah ms Rasul-Nya?!!. Maka Allah, dengan pembuktian al-Qur’an menurut sunnah Rasul-Nya, menghukum diantara kalian pada hari qiyamat, yaitu Allah, dengan pembuktian al-Qur’an menurut sunnah Rasul-Nya, tidak pernah memberi jalan bagi yang kafir atas yang beriman”.

142. “Sebenarnya orang-orang yang bermuka-dua dengan pilihan dzulumat menurut sunnah syayathiin terhadap yang Nur (al-Qur’an) menurut sunnah Rasul adalah mereka yang mengelabui ajaran Allah menurut sunnah Rasul-Nya. Dan Allah, dengan pembuktian al-Qur’an menurut sunnah Rasul-Nya, pemungkas tipu daya mereka itu. Yaitu mereka dikala tegak melakukan shalat hanyalah tegak bisu sekedar memperlihatkan kepada manusia, yaitu tidak pernah menyadarkan diri untuk hidup dengan ajaran Allah menurut sunnah Rasul-Nya kecuali hanya sekilas saja”.

143. “Menjadi orang yang bermuka dua (mudabdabin) diantara yang demikian. Tidak masuk golongan mereka yang hidup berpandangan dan bersikap dengan ajaran Allah menurut sunnah Rasul-Nya juga buka golongan yang hidup dzulumat (Naturalisme) menurut sunnah syayathin”. 
145. “Sebenarnya orang yang bermuka dua terhadap Nur menurut sunnah Rasul dan atau dzulumat menurut sunnah  syayathiin (magduub) adalah alas lantai nar dari kehidupan yang benar-benar hidup dzulumat menurut sunnah syayathiin sehingga akan kalian dapati bahwa bagi yang demikian itu tidak pernah mendapat pendukung yang sebenarnya”.


Demikianlah modelnya, Munafiqun, Mudabdabin dan Mukadzibun dalam arti sempit.

Tetapi dalam arti umum biasa saja yang benar-benar dzulumat menurut sunnah syayathin (Naturalisme) pun berwajah Munafiqun, Mudabdabin dan Mukadzibun, sebagai musang berbulu ayam untuk missi mengacau balau/menghancurkan Iman dari dalam.

Istilah Murtad, yaitu bolak balik dari satu agama dan atau berpindah agama, dilihat dari sudut agama yang dia tinggalkan.Masalah Munafiqun, Mudabdabin dan Mukadzdzibun, dalam arti sempit sama dengan bermuka dua, aduk-adukan, tidak menentu atau kesasar dzulumat menurut sunnah syayathiin, juga dinamakan golongan ketiga.

Oleh Surat 009 Taubah ayat 118 menegaskan demikian :

Artinya :


118. “Dan atas golongan ketiga, yang dipandang telah membelakangi ajaran Allah ms Rasul-Nya, sehingga dikala bumi yang demikian luas menjadi sempit atas mereka yang demikian yaitu mereka menjadi panik dan mengira bahwa tidak ada tempat pelarian kecuali dengan ajaran Allah ms Rasul-Nya, maka Dia memberikan satu jalan taubat atas mereka yang demikian guna mereka melakukan taubatnya, sesungguhnya Allah, Pembina taubat lagi pemasti satu kehidupan saling kasih sayang”. 

Dengan perkataan lain Munafiqun, Mudabdabin dan Mukadzdzibun ini dalam arti sempit dinamakan juga bermanis muka atau bunglon, oleh Surat 070 Ma’arij ayat 36-39 menyatakan demikian : 


artinya ; 

36. “Maka gerangan apa mereka yang, atas pilihan dzulumad menurut sunnah syayathiin itu, bermanis muka terhadap kalian yang hidup berpandangan dan bersikap dengan ajaran Allah menurut sunnah anda (Muhammad) ?!


37. “Juga yang menjadi bunglon, terhadap yang Nur (al-Qur’an) menurut sunnah Rasul dan atau terhadap yang dzulumat (Naturalisme) ms syayathin?!

38. “Apakah setiap orang dari kalangan mereka yang demikian (munafiq) mengira bahwa mereka itu akan mendapat satu kehidupan jannah yang demikian nikmat tiada tanding?!


39. “Tidak bakal : Sebenarnya Kami (Allah) dengan pembuktian al-Qur’an menurut sunnah  Rasul Kami, membikin mereka menurut apa yang mereka meng-ilmui-nya”.


Sejajar dengan Munafiqun, Mudabdabin dan Mukadzdzibun adalah Jahiliyah ialah “Iman dengan apa yang dia tidak pernah mengetahui/menguasainya”, dan pendukungnya adalah jahil, oleh Surat 031 Luqman ayat 20-21 menegaskan demikian :

Artinya :

20. “Tidakkah kalian melihat bahwa Allah, dengan pembuktian al-Qur’an menurut sunnah Rasul-Nya, telah membikin segala apa yang diruang angkasa dan segala apa yang dibumi ini untuk kepentingan hidup kalian, begitu Dia, dengan ajaran-Nya (al-Qur’an menurut sunnah Rasul-Nya), menghamparkan atas kehidupan kalian ciptaan-Nya itu menjadi satu kemantapan lahir (iqrarun bil lisaani wa ‘amalun bil arkan) dan batin (‘aqdun bil qalbi). Dan sebagian manusia adalah yang bantah membantah perihal ciptaan Allah itu dengan tanpa alasan ilmiah yaitu tanpa pedoman hidup yakni tanpa satu buku pegangan yang memberikan satu pandangan hidup”.


21. “Dan apabila kepada mereka yang demikian itu disampaikan : “Mari (hidup) mengikuti menurut yang Allah turunkan (al-Qur’an menurut sunnah Rasul-Nya)!, mereka lantang menjawab : “Sebaliknya, kami hidup mengikuti suatu (tradisi) yang kami mewarisinya dari nenek moyang kami, sekalipun yang demikian itu adalah da’wah syaithan kearah satu kehidupan azab Naar.


Penggolongan Iman secara tajam menjadi Iman Haq dan Iman Bathil, oleh Surat 056 Waqiah dinamakan ashabul maimanah / ashabul yamin (golongan kanan) untuk mukmin dan ashabul masy-amah / ashabus syimal (golongan kiri) untuk mukmin bathil atau kafir.

Dan yang satu lagi ialah as saabiquunas saabiquun (golongan terdahulu lagi utama). Kesemuanya oleh Surat 056 Waqiah ayat 7-14, 27, 38-41 dan 51, menegaskan demikian :


Artinya :

7. “Dan semua kalian, menurut satu pilihan masing-masing, menjadi tiga golongan. 
8. “Yaitu ashabul maimanah ( gol kanan), dan apakah yang dimaksud dengan ashabul maimanah? 
9. “Dan ashabul masy-amah (golongan kiri), dan tahukah kalian apa yang dimaksud dengan ashabul masy-amah?


10. “Dan as-saabiquunas saabiquun (golongan terdahulu lagi utama). 
11. “Adalah mereka (gol. Terdahulu lagi utama) yang berdarah-daging dengan ajaran Allah (al-Qur’an) menurut sunnah Rasul-Nya.


12. “(Ujud kehidupan dengan al-Qur’an menurut sunnah Rasul) menjadi bagaikan aneka macam kebun didalam satu taman yang merindangkan kepuasan tiada tanding”. 
13. “Jumlahnya itu (yang pada kurun I) adalah lebih banyak dari yang sebelumnya”. 
14. “Tetapi sedikit sekali dibanding dengan yang terakhir (kurun kedua)”.

27. “Maka ashabul yamin (golongan kanan) dan tahukah kalian apa yang dimaksud dengan golongan kanan?.

38. “(Kesemuanya itu adalah corak ragam kehidupan) bagi golongan kanan”.

39. “Jumlahnya itu (pada kurun pertama) adalah lebih banyak dari sebelumnya”. 
40. “Juga jumlahnya itu (pada kurun pertama) adalah lebih banyak dibanding dengan yang terakhir (pada kurun kedua)”.


41. “Dan ashhaabus syimal ( golongan kiri ), tahukah kalian apa yang dimaksud dengan ashabus syimal ? “

51. “(dengan segala corak ragam kehidupan diatas) akhirnya, sebenarnya, wahai kalian yang demikian itu, adalah pelaku dzulumat lagi yang melacur Nur-dzulumad menurut sunnah syayathin”. 


Surat Waqiah diatas membuktikan bahwa keseluruhan kehidupan manusia disepanjang sejarah, dilihat dari sudut tanggapan ilmunya, menjadi mukmin dan kafir.

Selanjutnya, dilihat dari sudut kemantapan tanggapan ilmunya, maka : Mukmin dibagi menjadi assabiqunasaabiqun, yang bagaikan sejenis tonggak atau penyokong kehidupan kebudayaan secara ilmiah di sepanjang sejarah, dan semua mukmin yang lain menjadi sayap kanannya (ashabul yamin).


Kafir, dibagi menjadi dalam arti sempit yaitu yang benar-benar dzulumat menurut sunnah syayathin, menjadi sayap kiri (ashabus syimal) dari assabiqunas sabiqun.

Sedang kafir dalam arti umum, dimaksud disini ialah munafiq, mukadzibun atau mudabdabin, menjadi ular berkepala dua / tombak bermata dua atau bunglon, yaitu sayap kanan dari sayap kiri (“Anis Yamin wa ‘anis syimal – Ma’arij 37), atau sayap kiri yang tersembunyi dari assabiqunas sabiqun dan ashabul yamin-nya.

Akhirnya perlu ditegaskan dalam persoalan Iman ini, teristimewa untuk Iman yang haq, bahwa hakikat Iman ini adalah satu alternatif dari penguasaan ilmunya yakni al-Qur’an menurut sunnah Rasul, yang oleh Surat 042 Asy Syura ayat 52 dan 53, membuktikan demikian :


Artinya :


52. “Maka begitulah Kami (Allah) mewahyukan al-Qur’an ms Rasul anda (Muhammad) menjadi jiwa (pembangkit) perintah Kami. Kalian tidak menguasai apa isi kitab al-Qur’an menurut sunnah Rasul ini niscaya kalian tidak mempunyai iman, sebaliknya Kami menjadikannya (al-Qur’an menurut sunnah Rasul) dengan nama Kami memberikan pedoman hidup bagi siapa dari abdi abdi kehidupan yang mau dengan yang Kami kehendaki menurut sunnah Rasul Kami. Dan sebenarnya anda (Muhammad), dengan al-Qur’an menurut sunnah anda ini, memberikan satu pedoman kearah satu penataan tangguh tiada tanding”.

53. “Tata kehidupan dari ajaran Allah yang menurut itulah, berlaku segala apa yang ada didalam ruang angkasa dan dibumi ini. Ketahuilah, dengan ajaran Allah menurut sunnah Rasul-Nya, beredar segala urusan kehidupan ini”



Demikianlah Iman ialah pandangan dan sikap hidup dilihat dari sudut kenyataan hidup Amalun atau aqdun dan Ikrar bil lisan adalah perujudan dari hasil penguasaan ilmu menjadi permukaan dalam dari kenyataan hidup yang terkenal dengan istilah “tanggapan” .

Arti tanggapan atau tanggapan tujuan yaitu “niyat” (sama dengan maksuudun ialah yang dimaksud yakni yang mau dilakukan untuk mencapainya), sehingga hidup ini adalah satu alternatif dari satu pilihan ilmunya, oleh hadis jumhur menegaskan demikian :

................................................. “Sesungguhnya segala laku-perbuatan itu sudah menurut satu tanggapan tujuan (niyat yakni satu alternatif ilmu). Dan pasti bagi setiap manusia adalah hidup menurut apa yang ia menanggapinya (dari satu alternatif ilmunya).


Maka siapa yang hidupnya itu pindah (hijrah) kepada ajaran Allah (al-Qur’an) menurut sunnah Rasul-Nya maka bentuk laku perbuatannya (hasil perubahan dari yang lain itu) harus menurut ajaran Allah (al-Qur’an) menurut sunnah Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya itu adalah mengikuti lingkungan dunianya (Naturalisme dan Idealisme) niscaya menurut istilah mendapat model laku perbuatannya.

Atau jika menurut lingkungan sex, maka laku perbuatannya itu hanyalah dari kawin ke kawin saja. Maka model laku perbuatan setiap manusia (hasil hijrahnya) adalah mengikuti apa kearah mana ia mengarahkan hidupnya”. 

__________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________

#  dz ms sy = Dzulumat Menurut Sunnah Syayathiin
#  msr         = Menurut Sunnah Rasul

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Translate